BAB I
P E N D A H U L U A N
A, LATAR BELAKANG
Saat ini, Salah satu krisis besar yang dialami masyarakat Indonesia, Khususnya Masyarakat Sul-Sel, dan terkhusus lagi bagi masyarakat muslim Sulawesi Selatan adalah krisis kepemimpinan. Para pemimpin saat ini, gagal menciptakan apa yang menjadi hal yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sosialisme – Kapitalisme, yang sangat di bangga-banggakan saat ini, telah banyak menimbulkan permasalahan yang sudah semakin kompleks bukan hanya pada skala lokal bahkan pada skala yang mengglobal.
Para Pemimpin tersebut –para pemimpin muslim pun- gagal menciptakan pertama, keadilan (`al `adl) dan kedua, kondisi-kondisi bagi terwujudnya kebajikan dan keseimbangan atau pengetahuan dalam masyarakat mereka.
Tidak ada ilmuwan politik atau sosial dengan gengsi tinggi –yang dibesarkan dalam tradisi sekuler atau liberal Barat- yang menganggap Al Qur`an sebagai penjelasan tentang perilku politik. Para Ilmuwan sosial Muslim sendiri pun masih terpesona dengan teori – teori kepempinan Barat.
Hal ini terjadi karena, kepemimpinan yang ada merupakan kepemimpinan politik yang dalam hal perilaku, ide dan prakteknya jauh dari nilai-nilai ideal kepemimpinan Islam- seperti yang dijelaskan di dalam Al Qur`an dan seperti yang di contohkan oleh Muhammad SAW. Jika Kepemimpinan saat ini dijalankan mendekati ideal sebagaimana yang pernah Rasulullah SAW contohkan maka friksi-friksi yang ada dalam masyarakat akan semakin berkurang.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang bisa penulis kemukakan disini adalah bahwa pemimpin saat ini memposisikan dirinya hanya sebagai raja bukan menjadikan / memposisikan dirinya sebagai Khalifah yang memberikan rasa adil bagi masyarakat dan sebagai pelayan masyarakat. Sedangkan masyarakat menjadi orang – orang yang tidak memiliki posisi apapun dan tidak mampu memberikan kontribusi dalam pelaksanaan tujuan yang ada.
C. BATASAN MASALAH
Pemimpin dan Masyarakat seperti apa yang dibutuhkan oleh masyarakat Sul-Sel demi terwujudnya masyarakat Madani Sul-Sel
BAB II
P E M B A H A S A N
Kepimpinan, sebagaimana yang selalu terbukti berulang-ulang dalam sejarah, memberikan porsi tersbesar bagi masalah yang dihadapi setiap bangasa atau sebaliknya, kemajuann yang merkea ciptakan dalam seluruh potongan sejarah mereka.
Ideologi, agama, nilai-nilai pengetahuan dan system hanyalah kumpulan benda-benda mati sampai ia mendapatkan tiupan ruh kehidupan dari para pemimpin. Kita dapat merumuskan ratusan bahkan ribuan solusi teknisi untuk krisis kita saat ini, tetapi tidak satu pun dari solusi tersebut akan mampu mengubah kondisi kita secara efektif kecuali bila dijalankan oleh pemimpin yang andal
Kepemimpinan yang kuat dan baik tidaklah menjadi jhaminan utnuk dapat teratasinya kesulitan – kesulitan yang ada, tapi kepimpinan yang kuat dan baik memastikan bahwa solusi strategis dan teknis yang kita rumuskan dpapat bekerja secarat benar dan efektif. Itulah kunci penyelesain maslaahnya. Tapi itulah kunci masalah kita : itulah krisis dibalik semua krisis yang kita alami : krisis kepemimpinan.
Dalam hal ini, kepemimpinan yang efektif yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang sedang membutuhkan pemimpin yang dapat mengarahkan kehidupan mereka yang lebih berarti minimal pemimpin tersebut memiliki empat Kriteria yaitu :
Pertama, fungsi direksi dan inpirasi. Para pemimpin tersebut harus dapat merumuskan arah dan tujuan secara jelas, sederhana dan benar. Dimana pada saat yang sama ia harus mampu memberikan inspirasi bagi masyarakat yang sedang bingung dan gamang. Arah yang dimaksudkan disini adalah kemampuan untuk memberikan kepastian kepada masyarakat dan inspirasi yang kami maksud adalah agar masyarakat bisa ikut serta dalam pencapaian tujuan bersama.
Kedua, fungsi pembangun kekompakan (solidarity maker). Bangsa yang mengalami krisis mudah mengalami perpecahan karena hilangnya rasa saling percaya –rasa saling percaya antara pemimpin dan masyarakat, juga rasa percaya antara masyarakat dan masyarakat-. Sering kali potensi yang ada dalam masyarakat begitu besar, namun terkadang itu hanyalah lidi-lidi yang tidak memiliki makna karena tidak bisa disatukan oleh pemimpin mereka.
Ketiga, kamampuan teknis. Persoalan–persoalan yang ada dalam masyarakat saat ini terlalu rumit untuk dapat diselesaikan dengan retorika semata. Harus ada kompetensi teknis –dalam bentuk ilmu pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan- yang memadai untuk dapat menjalankan roda pemerintahan dengan efektif.
Keempat, integrasi akhlak dan kepribadian. Inilah inti penting dari semua yang telah kami sebutkan diatas. Tiga fungsi di atas hanya akan efektif jika seorang pemimpin transisi memiliki integritas kepribadian. Dari sinilah datangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin. Dalam kondisi saat ini, tidak ada sesuatu yang lebih mahal dipertaruhkan seorang pemimpin selain kredibilitas dirinya di mata publik.
Keempat fungsi itulah yang sesungguhnya hilang dari pemimpinan saat ini. Bangsa kita mengalami krisis yang berkepanjangan ini jelas tanpa arah yang jelas karena pemimpin kita tidak pernah menetapkan arah pejalanan bangsa. Masalah-masalah ekonomi dan sosial tidak dapat terselesaikan karena dikelola oleh pemimpin–pemimpin yang tidak berpengetahuan dan tidak memiliki kecakapan kepemimpinan.
Yang lebih parah lagi, kondisi masyarakat saat ini berjalan tanpa adanya kepercayaan terhadap akhlak pemimpinannya. Pemimpin tersebut bukan hanya tidak berpengetahuan dan tidak kompeten tetapi juga pemimpin tersebut tidak dapat dipercaya secara moral.
Namun, hal ini pun masih belum dapat memberikan hasil yang maksimal jika tidak di dukung oleh kualitas masyarakat yang baik pula. Oleh sebab itu, masyarakat –khususnya manusia Muslim- harus direkonstruksi ulang dalam tiga tahapan rekonstruksi yaitu :
Pertama, harus ditata kembali afiliasinya kepada Islam sebab keislaman kaum muslim saat ini lebih banyak dibentuk oleh warisan sosial bukan oleh pemahaman dan kesadaran mendalam tentang islam. Keislaman dengan basis seperti ini membuat kaum muslimin tidak memiliki bobot sosial yang berat, tidak memiliki imunitas yang mampu membuatnya bertahan dari berbagai macam invasi budaya.
Kedua, setelah itu setiap muslim harus dibawa kedalam komunitas muslim yang besar dimana ia menjadi bagian dari masyarakat dan berpartisipasi dalam membangun masyarakat tersebut. Sehingga pada tahap pertama membentuk keshalehan individu maka pada tahap ini adalah membentuk keshalehan kolektif.
Ketiga, apabila kedua tahapan diatas telah tercapai maka pada tahap ini kita perlu menjamin bahwa setiap individu tersebut telah mencapai tingkat optimal untuk berpartisipasi dalam menjalankan agenda-agenda perbaikan dan pembangunan masyarakat.
BAB III
P E N U T U P
A. KESIMPULAN
Demi terwujudnya masyarakat madani Sulawesi Selatan maka ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh Pemimpin dan Masyarakat Sul-Sel.
Pemimpin yang ada minimal memiliki empat kriteria yaitu memiliki fungsi direksi dan inpirasi, solidarity maker, kamampuan teknis, integrasi akhlak dan kepribadian.
Sedangkan masyarakat yang ada harus dibentuk untuk dapat memiliki keshalehan pribadi, keshalehan kolektif dan terakhir adalah kemampuan untuk memberikan secara optimal tenaganya untuk menjalankan agenda perbaikan masyarakat.
B. SARAN
Melalui tulisan ini penulis ingin memberikan beberapa saran bahwa seorang pemimpin, ia perlu turun secara langsung untuk melihat kondisi masyarakatnya, lihatlah seperti kepemimpinan seorang Abu Bakar Siddiq yang turun kerumah-rumah penduduknya hanya sekedar ingin melihat kondisi masyarakatnya.
Seorang Pemimpin harus dapat memberikan contoh keteladanan seperti Rasulullah SAW dimana tujuannya hanyalah Allah SWT dengan komitmen yang tinggi terhadap Islam, yang seimbang antara Mu`amalah dengan ibadah
Khendaknya pula seorang pemimpin adalah orang yang mau dan siap di kritik dan tidak merasa bahwa dirinya adalah segalanya sehingga orang lain dianggapnya tidak berguna. Serta menjadikan islam sebagai ideologinya
penulis: arif athul mahmudah
No comments:
Post a Comment