Kok antum lagi yang harus menyelesaikan tugas ini. Kemana ikhwah yang lain?? Ana hanya menjalankan amanah. Kalau soal itu, antum Tanya saja dengan mas`ul.
Inilah sepenggal kisah –dari sekian banyak kisah- dakwah. Tidak jarang dalam periode awal kita berhimpun dalam dakwah ini banyak ikhwa yang suka bekerja. Namun dalam perjalannya hal ini tidak mampu dipertahankan sehingga yang tersisa hanyalah sedikit orang. Kemudian amanah dakwah terjebak dalam fenomena 4L.
Bisa saja kita membela diri bahwa ini adalah masalah sunatullah, Allah-lah yang menetapkan dan memilih siapa yang dikehendaki-Nya. Namun, seringkali kita lupa bahwa perekat dakwah adalah ukhuwah.Ukhuwah menjadi faktor yang paling mampu mengikat komitmen dakwah, menghasilkan motivasi dan juga mampu meminimalisir konflik. Bahkan, ukhuwah mampu memberikan suasana yang tidak diberikan oleh aktivitas lain.
Tariklah garis hidup kita ke belakang. Ingat kembali saat awal kita berinteraksi dengan dakwah. Apa yang menyebabkan kita berada dikomunitas dakwah. Adakah yang menjanjikan kenikmatan materi, kedudukan, atau fasilitas kehidupan lain, Tentu tidak !!. Namun, mari kita hitung kembali semua hari itu. Apakah setiap kali kita melihat ikhwah kita, yang pertama teringat adalah memenuhi hak ukhuwahnya. Apakah pertanyaan kita sebelum menuntut hak ukhuwahnya adalah seputar keberadaannya, apakah dari tatap matanya kita mampu menangkap sebuah isyarat beban, ataukah sebaliknya.
Disebelah manakah diri kita dari seruan dakwah yang penuh cinta kasih : “betapa inginnya kami agar umat ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri. Kami bangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus kehormatan mereka jika itu memang tebusan yang diperlukan”.
Masih adakah alasan bagi kita untuk menunda sebuah sikap mulia mencintai saudara kita. Masikah ambisi lain dalam diri kita untuk bersengketa dengan mereka. Kecuali bahwa niat ikhlas karena Allah telah berganti pamrih atau hati lembut telah menjadi batu. Sekaranglah saatnya kita kembali merajut ukhuwah. Memeluk setiap hati yang pernah ada kesat dengannya. Menghampirinya dan menyatakan kerelaan dengan ikhlas. Biarlah fenomena 4L berlangsung karena sunatullah. Namun, jangan sampai fenomena tersebut terjadi karena kontribusi kita.
Setelah itu kita semua bisa berkata : “ Kami tidak mengharapkan harta benda atau imbalan lainnya. Tidak juga popularitas apalagi sekedar ucapan terimakasih. Kami adalah milik kalian, wahai saudara-saudara kami tercinta. Sesaat pun kami tidak pernah menjadi musuh-musuh kalian.
Dan setelah semua itu, segala kesulitan dan tantangan dakwah akan terasa bagaikan kabar gembira yang memberitahukan kita bahwa kita semakin dekat dengan Allah, kita berpijak dijalan yang benar dan insya Allah kita akan tergabung dengan kafilah yang menang dan dimenangkan.
“akhi, antum adalah harta tebesar dalam hidup hari ini. Dengan senyum ikhlas antum, dengan kesabaran antum, dengan lapang dada antum, bahkan dengan marah dan sikap keras antum. Itu adalah penguat tapak kaki berjalan dalam dakwah. Semoga rasa maaf antum mampu mengganti kemurkaan Allah”.
Dikutip dari bulletin Al Izzah No.19/Th.2, 31 Juli 2001 M
No comments:
Post a Comment