Berbicara tentang perempuan cukup kompleks dan rumit, jika dilihat dari problematika yang dihadapi oleh kaum perempuan saat ini. Perempuan bukanlah aurat yang seharusnya ditutupi dari orang lain sampai tertutup seluruh tubuhnya, mukanya, suaranya, dan bahkan namanya. Walaupun realitas kehidupan saat ini tampaknya menyadarkan gerakan mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya bahwa dibalik kelemahan dan problematikanya, kaum perempuan sesungguhnya memiliki potensi yang luar biasa yang mampu membawa angin perubahan secara radikal dalam kehidupan sosial politik masyarakat.
Akan tetapi pada kenyataannya juga masih ada sebagian kalangan yang meragukan kualitas perempuan dalam perannya di dunia social politik, ranah politik yang sebagaimana semua orang paham bahwa ranah ini adalah ranah dimana orang sering mengatakan ranah abu-abu dan dinilai praksis, pandangan ini akan kita maklumi kalau hanya berkaca pada pengalaman masa lalu yaitu masa orde baru dimana perempuan hanya dijadikan alat mobilisasi politik. Hal ini dapat kita lihat banyak institusi sosial yang tidak mampu mengoptimalkan peran perempuan walaupun secara kognitif telah dipahami. Realitas selanjutnya adalah dibalik kemajuan yang dialami sebagian perempuan yang tertekan dan kurang beruntung Rendahnya upah buruh ditambah hak-hak lainnya yang sering tidak mendapatkan tempat yang wajar. Eksploitasi dalam dunia hiburan, perempuan korban kerusuhan, korban kekerasan di rumah, tidak ada jaminan keamanan dari pemerintah terhadap tenaga kerja wanita yang dikirim ke luar negeri serta setumpuk problematika lain yang belum terpecahkan adalah jelas menjadi tanggung jawab kita sebagai perempuan khususnya kaum muslimah.
Berbagai statement tentang kiprah perempuan dari kaum sekuler salah satunya adalah pernyataan Naisbiit yang mengatakan ”Perempuan maju adalah perempuan yang lebih berani tampil tanpa dihambat oleh berbagai macam aturan agama”ini merupakan ide-ide sekuler yang mulai ditelan mentah-mentah oleh para aktivis perempuan saat ini. Di sisi lain masyarakat juga cenderung menganggap perempuan sebagai ”inferior Class”, hal ini terjadi karena pemahaman kita tentang politik minim padahal sesungguhnya istilah politik adalah segala sesuatu yang menyangkut kemashlahatan orang banyak (Ust. Hasan Al Banna).
Dengan melihat problematika yang dihadapi oleh kaum perempuan tersebut maka kader KAMMI khususnya muslimah mempunyai tanggung jawab besar terhadap permasalahn ini. Sehingga hal yang harus dilakukan yang menjadi PR kita adalah pertama membenahi dan meningkatkan kualitas kaum perempuan dan muslimah kammi pada khususnya, karena sejarah membuktikan bahwa perjuangan dakwah RasuLuLLah disokong oleh kaum perempuan yang cerdas, kreatif, dan sensitif terhadap permasalahan kaumnya.Kedua, harus memiliki rasa tanggung jawab untuk mengelola, memanfaatkan dan memakmurkan bumi sehingga tidak ada lagi fitnah, dan yang ketiga adalah merupakan hal yang paling urgen yakni menggali kembali keaslian ajaran islam dan mensosialisasikannya terhadap kaum perempuan disekitarnya dalam artian bahwa bagaimana muslimah mampu menerjemahkan bahasa-bahasa islam (Dakwah) menjadi bahasa yang universal sehingga mudah diterima oleh masyarakat. AkhwatifLLah, perubahan menanti antunna semua, ditanganmulah penentu masa depan bangsa ini, yang akan melahirkan MUSLIM NEGARAWAN.Wallahu alam Bissawab.(Spj)
No comments:
Post a Comment