KAMMI Komisariat Unhas, Pada Suatu Masa
oleh: cahayalangitketujuh
oleh: cahayalangitketujuh
Universitas Hasanuddin atau yang lebih dikenali dengan nama ‘Kampus Merah’. Julukan ini menunjukkan bahwa Unhas memang diharapkan menjadi tempatnya orang-orang pemberani, seperti beraninya Sultan Hasanuddin yang namanya diadopsi menjadi nama kampus ini. Juga mendamba lahirnya generasi harapan bangsa yang rela mengorbankan ‘merah darah’nya untuk kejayaan negeri.
Tahun 1998 merupakan tahun yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, ditandai dengan runtuhnya rezim yang selama ini menguasai negeri dan lahirnya reformasi. Juga menjadi tahun yang penting bagi aktivis-aktivis mahasiswa karena telah lahir Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Melalui Deklarasi Malang, KAMMI resmi terbentuk. Lahir dengan sebuah tekad untuk terus bergerak, menuntaskan agenda-agenda reformasi saat itu.
Jika berbicara mengenai sejarah terbentuknya KAMMI di Sulawesi Selatan, masih terdapat kesimpangsiuran karena sejarah mencatat dua nama yaitu Syarifuddin Jurdi dan Yusran sebagai pencetus berdirinya KAMMI Daerah Sulsel saat itu. Dan seiring berjalannya kepengurusan di KAMMI Daerah, maka dibentuklah KAMMI komisariat di tingkat fakultas atau wilayah. Seperti KAMMI pada wilayah FIS (Fakultas Ilmu Sosial) yang merupakan gabungan dari fakultas ekonomi, hukum, sastra, dan sospol. Saat itu, Sulastiana Syamsul yang menjabat sebagai ketua di komisariat FIS. Ada juga Taufik Amrullah (mantan Ketua KAMMI Pusat periode 2006-2008), sebagai ketua KAMMI Komisariat Teknik.
Lalu pada tahun 2002, karena KAMMI di tingkat fakultas dan gabungan wilayah tersebut dirasa kurang efektif, maka tercetuslah sebuah ide untuk membentuk KAMMI komisariat di tingkat universitas. Dan muncullah nama Muhammad Huldi Amal (Komunikasi ’99) sebagai Ketua Umum KAMMI Komisariat Unhas yang pertama.
Di awal kepengurusan, kinerja komisariat tidak terlalu maksimal. Bisa dimaklumi, karena saat itu kondisi dakwah masih belum mapan, jumlah kader belum memadai, sementara amanah yang diemban cukup banyak. Sehingga ada beberapa kader yang mengeluh dan memutuskan mengundurkan diri dari amanah tersebut.
Di akhir kepengurusan, diadakan Musyawarah Komisariat (Muskom) -yang pertama sejak berdirinya KAMMI Unhas- untuk mendengar pertanggungjawaban kepengurusan yang lalu. Namun sayangnya, Akh Huldi tidak hadir sehingga LPJ dibacakan oleh sekretarisnya. Di akhir musyawarah, dipilihlah ketua komisariat baru, dan muncullah nama Yanuardi Syukur (Antropologi ‘99) sebagai pengganti Huldi Amal.
Pada masa itu, kepengurusan mulai berjalan baik. Diskusi dan kajian sering diadakan, membuat website KAMMI dan buletin ‘Hanif’, serta mengadakan seminar nasional ‘Kepemimpinan Kaum Muda’ yang juga dihadiri Ketua Umum KAMMI Pusat saat itu, Muhammad Hermawan ibnu Nurdin.
Perjalanan Akh Yanuardi kemudian dilanjutkan oleh Nugrasius (Geologi ‘00). Masa kepengurusan Akh Oga (sapaan akrab beliau) bisa dibilang cukup menantang. Pasalnya kepengurusan ini tidak begitu didukung oleh pengurus yang ada. Bahkan untuk setiap rapat, beliau lebih sering menunggu dan menghubungi semua pengurus. Perjuangan yang cukup berat, karena saat itu tidak Semua kader memiliki handphone. Tapi, beliau termasuk yang paling seringmemberikan taujih usai rapat pengurus.
Di akhir kepengurusan, Akh Oga digantikan oleh Zulfikar Ibnu Mas’ud (Elektro ’01). Namun sangat disayangkan, beliau mengundurkan diri. Sehingga Musyawarah Komisariat kembali digelar dan mengangkat nama Irfan Aryanto (FKG ’01) sebagai Ketua KAMMI Komisariat Unhas berikutnya. Mendengar hasil ini, beliau menangis. Persis seperti yang Akh Zulfikar sebulan sebelumnya. Wajar, karena amanah ini memang berat untuk dipikul.
Dan tersebutlah orang-orang muda penuh semangat yang mengisi KAMMI Unhas saat itu. Azhar Muslim, Aryanto Abidin, Mustamin, Yeyen Amma, Yessi Juniati, Yuliati Rajab, Muliana Muhiddin, Aswar, Nitri Juni Rahmawati, Nurmita, Muliadi, Sutiana Supi, dan lainnya. Sejumlah pengkondisian KAMMI Unhas dilakukan. Saat itu, KAMMI Unhas dipenuhi dengan ide-ide brillian. Beberapa kali turun aksi, kajian isu yang matang, mengadakan bakti sosial, dan bahkan KAMMI Unhas tercatat berani mendahului KAMMI Daerah dalam melaksanakan Training Kehumasan. Masih dalam masa kepemimpinannya, Akh Irfan bersama beberapa ikhwah bergabung dalam BEM UH dan membentuk Partai Lingkar Cendikia.
Untuk selanjutnya, Azhar Muslim (FKM ’03) yang mengawal KAMMI Unhas untuk lebih progress. Setelah itu, Retno Saputra (FKM’04) menggantikan posisi Akh Azhar. Dibawah pimpinan Akh Nono, sapaan akrab dari Retno Saputra, KAMMI Unhas mulai dikenal di seantero kampus. Keaktifan beliau dalam berbagai diskusi yang diadakan oleh gerakan mahasiswa lain, membuat KAMMI Unhas tidak lagi dipandang sebelah mata.
Kemudian, tingkat Kepemimpinan ini dilanjutkan oleh Akh Rahmat Hidayat (FISIP ’05). Selama kepengurusannya telah terjadi peningkatan pada kualitas dan kuantitas kader. Departemen Kaderisasi tanpa kenal lelah melakukan agenda-agenda rekrutmen. Departemen Kebijakan Publik cukup aktif melakukan diskusi dan pengamatan panjang pada sebuah wacana. Departemen Humas pun mampu mem’bumi’kan KAMMI di Kampus Merah.
Dan akhirnya pada Muskom Februari 2009 lalu, Akh Yusuf Saleh (Teknik Sipil ’05) dipercaya untuk mengawal agenda KAMMI di Kampus Unhas. Dengan masa jabatan yang cukup lama (hampir 1,5 tahun), Akh Yusuf tetap bertahan dari berbagai krisis yang dihadapi KAMMI Unhas saat ini. Ketika intelektual, militansi dan Kepemimpinan kader KAMMI dipertanyakan olehmasyarakat kampus.
Begitulah perjalanan KAMMI Komisariat Unhas, sejak awal kelahirannya hingga kini. Setiap zaman telah mengukir jejaknya masing-masing. Mengajarkan kepada kita tentang arti sebuah perjuangan dan pengorbanan. Menjelang Musyawarah Komisariat yang tinggal beberapa hari lagi, sudah sepatutnya kita berbenah diri. Membuka halaman sejarah gerakan kita ini, belajar dari kesalahan masa lalu dan bersiap untuk tantangan masa depan. Teruslah bergerak kawan, karena diam berarti mati !!
***
Ditulis pertama kali pada 19 Desember 2008, dengan ‘banyak’ perubahan. Terima kasih kepada Semua pihak yang mau share tentang ‘sejarah’ ini (Kak Yankur, Kak Liez, Kak Ojie, dll). Sebenarnya, tulisan ini dibuat untuk bulletin triAS edisi 3/2008, tapi gagal terbit. Hehhe… nggak papa lah. Toh, sekarang malah bisa nampang di blog ^_^
No comments:
Post a Comment